16 Februari 2016

Kamu itu Syurgaku dan ibumu adalah Syurgamu

Iponi dan Irwan merupakan dua bersaudara dari keluarga sederhana, ibunya yang merawat mereka dengan segala kasih sayang dan lemah yang bertambah-tambah. Karena ayahnya telah meninggal sejak Irwan masih SMA. Pekerjaan apapun dilakukan sang ibu untuk membesarkan keduanya sampai mereka akhirnya menjadi sukses.
 
Pada hari dimana putrinya akan menikah dengan seorang lelaki, dengan berat hati Iponi harus pergi meninggalkan sang ibu. Karena lelaki yang akan menikahi Iponi jaraknya berjauhan dengan rumahnya, sehingga setelah menikah Iponi harus pergi meninggalkan sang ibu dengan adiknya yaitu Irwan.

Dari rasa sayang yang mendalam Iponi sebenarnya tidak sanggup meninggalkan sang ibu. Dengan berat hatipun terpaksa ia harus melambaikan tangan.
Sepucuk surat selalu terkirim untuk ibunya.

"Bu, maafkan Iponi karena tidak bisa menjaga ibu, semoga Irwan menjadi anak yang berbakti pada ibu dan jika ibu butuh sesuatu ibu bisa hubungin aku ya bu"
Iponi sayang sama ibu dan akan tetap menjadi putri ibu, Iponi bahagia dengan suami Iponi di sini".

Irwan memang anak yang tidak terlalu memperhatikan ibunya tidak seperti Iponi, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga menemani sang ibu jarang ia lakukan. Ketika itu Irwan, akan menikah dengan seorang wanita cantik dan dari keluarga kaya.  Ada rasa bahagia dari sang ibu tapi ada pula kekhawatiran bahwa benarkah wanita pilihan putranya ini seorang wanita yang baik atau sebaliknya .

"Ya Allah, aku tidak mencemaskan akan hilangnya perhatian putraku karena ia akan menikahi seorang wanita, hamba hanya mohon agar Irwan berbahagia dengan wanita pilihannya itu jika memang ia seorang yang baik maka ridhoi keduanya ya Allah.

Setiap selesai sholat sang ibu tidak lelah mendoakan putranya, ia sudah terbiasa akan kesendirian. Irwan terlalu sibuk dan sibuk. Rima kini telah menjadi istrinya Irwan. Memang pertama sang ibu bahagia dengan kehadiran Rima dirumahnya, tapi brberapa bulan kemudian keadaan berubah. Irwan kini lebih dingin dengan ibunya, sifatnya terhadap sang ibu bertambah parah dari sebelumnya. Sedangkan Rima biasa saja tapi cukup lebih perhatian ketimbang suaminya.

"Sekian lama aku menahan kepenatan dan berjuang dengan kedua kaki serta tangan untuk membesarkan kalian, Iponi ibu merindukanmu sedangkan adikmu Irwan tidak pernah memperhatikan ibu. Ibu sedih akan semua ini, tapi kau sekarang milik suamimu. Ibu tidak mungkin ikut bersamamu. Seharusnya Irwan tahu kalau aku ini tetaplah ibunya. Iponi, jika suatu saat ibu ingin tinggal bersamamu, apakah suamimu akan mengijinkan wanita tua ini berada di istananya."

Hanya sebuah ungkapan yang bisa ditulisnya lewat sobekan kertas.

Rima memang wanita yang baik dan sayang terhadap sang ibu mertua. Walaupun sering memecahkan gelas dan piring tapi Rima memakluminya. Ketika waktu makan malam setibanya Irwan pulang dari kantor, Ia marah marah terhadap sang ibu karena rentenir datang meminta uang yang tak sedikit nilainya. Sang ibu harus mengatakan sejujurnya bahwa ia dulu pernah meminjam uang untuk membiayai kuliahnya Irwan yang karena sangat kepepet.

Tapi Irwan tetap membentak ibunya karena berhutang pada rentenir itu dosa besar apa lagi sang ibu tidak bisa melunasinya. Sujud taubat sang ibu lakukan dan memohon ampunan. Mungkin ini balasan mengapa Irwan bersikap demikian.

Dalam pikiran sang ibu, sepertinya memang Irwan tak mengharapkan kehadiran ibu dirumah tangganya, dan Irwan tidak sanggup melunasi hutang ibu itu. Ibu harus datang ke rumah Iponi dan meminta bantuan padanya sebelum nyawa ini kembali pada sang pemiliknya.

Pagi pagi ketika Rima telah menyiapkan sarapan dimeja makan, ia tak dapati sang ibu di tempat tidurnya, Rima bergegas memberitahukan Irwan. Irwan tidak merasa kehilangan malah dia acuh seraya berkata

"Biarkan saja paling ibu pergi ke rumahnya Iponi, karena aku tidak bisa melunasi hutang hutangnya itu.

Kesedihan terlihat dari kedua bola mata Rima dan dengan tatapan penuh kaca berderaian airmata, ia memegang tangan suaminya itu dan berkata

"Pah, aku tahu kau begitu sayang padaku dan sifatmu sebagai seorang suami merupakan suami yang teladan. Kau sering mengingatkanku untuk beribadah, menutup aurot dan selalu mengatakan untuk mengarungi hidup menuju SyurgaNya. Tapi kau lupa akan letak Syurgamu. Kamu adalah jalan Syurgaku, tapi jalan Syurgamu itu ibumu. Jika kau berkenan akanku berikan hartaku untuk melunasi hutang hutang ibu. Jangan kau biarkan wanita tua itu pergi ke tempat yang entah ia sendiri tidak tahu dimana jalan.

Terdiam dan terpaku kaku, Irwanpun meneteskan airmata, ternyata ia menyia-nyiakan jalan Syurganya, beruntung Rima sebagai istri yang baik mengingatkan suaminya. Segera mereka pergi mencari sang Ibu dan sudah berjam-jam lamanya mereka tidak menjumpainya, hilar-hilir para orang orang yang berada di sepanjang jalanpun tak melihat sang ibu.

Lelah dan penat mulai dirasakan Irwan dan Rima. Rima memberi saran agar berhenti sejenak di masjid dan sholat serta berdoa dan memohon ampun pada Allah. Baru saja mereka akan masuk ke masjid, dilihatnya seorang wanita tua terlantar tidur dibawah pohon halaman masjid.
 
Irwan ingin menaruh uang didekat wanita itu, subhanallah ia melihat wajahnya dan tak menyangka ialah ibunya.
Ibuuuu.... Irwan berusaha membangunkan sang ibu dari tidurnya, Ya Allah betapa durhakanya Irwan terhadap ibu.
Membiarkan wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya terlantar di bawah terik matahari seperti ini.
Sesegera ia membawa sang ibu pulang dan memohon ribuan ampunan.
Rima merasa bahagia melihat suaminya yang telah berubah dan mencintai ibunya walaupun ia telah berubah menjadi wanita tua renta.

Ibu sangat bersyukur karena Rima wanita yang sholehah, ia rela memberikan hartanya untuk melunasi hutang hutang ibu dan lewat Rima Allah berikan hidayah pada Irwan.

Dimana senyuman mulai terlihat dari wajah wanita tua ini, datanglah Iponi dengan suaminya ke rumah Irwan untuk menjemput sang ibu karena adanya surat yang dituliskan oleh sang ibu. Iponi datang dengan keadaan marah pada Irwan.  Irwan menyadari kesalahannya dan ia telah sadar. Ia akan berusaha membahagiakan ibunya di akhir akhir umurnya ini.

Iponi, jalan Syurgamu terletak pada suamimu, lebih baik kamu berbakti pada suamimu dan jalan Syurgaku adalah ibu maka percayalah aku akan merawat ibu sampai kapanpun.

Mendengarkan ucapan itu, sang ibu dengan tertatih-tatih mendatangi putra-putrinya dan memeluk mereka dan mengucapkan pesan yang indah

"Wahai putra dan putriku, hidup ini perjuangan.
Jalan menuju Syurga itu ada dihati kalian.
Berbakti pada suami itu kewajiban dan berbakti terhadap orangtuapun demikian.
Untuk Iponi, kau jangan bersikap dingin terhadap mertuamu karena ibu juga seorang mertua untuk istrinya Irwan dan kau Irwan ibu bangga kepadamu dan jadilah suami yang terbaik bagi keluargamu.

Terharu itulah yang dirasakan dari Rima dan suaminya Iponi saat meligat momentum ini. Sedikit harta dari suami Iponi dan harta dari Irwan yang kemudian untuk membayar hutang hutang ibunya. Irwan tidak memakai harta Rima, lebih baik ia kehilangan mobil mewahnya untuk melunasi semuanya dari pada harus menggunakan harta istrinya.

Bahagia dan bangga akhirnya dirasakan sang ibu, Irwan dan Rima juga lebih sering menemaninya. Mengajaknya ngobrol ngobrol walaupun hanya obrolan biasa.

Seorang istri harus berbakti pada suaminya dan seorang suami tetap berbakti terhadap orangtuanya. Kebahagiaan apa yang kita cari kalau bukan untuk menuju kebahagiaan Syurga yang hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar