20 Februari 2016

SIAPA ORANG YANG PALING KAYA DI DUNIA ?

Siapakah orang yang paling kaya di dunia saat ini?
Ketika mendapat pertanyaan seperti itu, mungkin banyak yang akan menjawab, Mark Zuckerberg Miliarder muda pendiri Facebook, atau si pemilik perusahaan Microsoft "Bill Gates” atau Carlos Slim Helu Ia dikenal sebagai pengusaha dan filantropis asal Spanyol yang memimpin perusahaan telekomunikasi Teléfonos de México dan América Móvil.

Atau bisa jadi jawabannya, Pengusaha ini, pemain bola itu dan lain-lainnya yang memiliki kekayaan mencapai USD 79.2 miliar (sekitar Rp1,1 kuadriliun).

Berbagai jawaban di atas barangkali akan sangat dianggap wajar karena barometer kekayaan di benak kebanyakan orang saat ini diukur dengan kekayaan harta duniawi. Padahal, jika menggunakan barometer islam, bukan merupakan hal yang mustahil bahwa kita pun amat berpeluang untuk menjadi kandidat orang paling “kaya”!

Nabi kita menjelaskan siapa sebenarnya orang paling kaya?

Orang paling kaya, jika diukur dengan timbangan Islam, adalah: orang yang paling qana'ah.

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kaya hati, atau sering diistilahkan dengan “qana’ah“, artinya adalah (menerima) dan rela dengan berapa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala.

Berapa pun rezeki yang didapatkan, dia tidak mengeluh. Mendapat rezeki banyak, bersyukur; mendapat rezeki sedikit, bersabar dan tidak mengumpat.

Andaikan kita telah bisa mengamalkan hal di atas, saat itulah kita bisa memiliki kesempatan besar untuk menjadi orang terkaya di dunia. Ujung-ujungnya,
keberuntunganlah yang menanti kita, sebagaimana janji Sayyidinal Musthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Beruntunglah orang yang berislam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan dia dijadikan menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” (HR. Muslim)

Bagaimana mungkin orang yang berpenghasilan misalkan tukang becak hanya mendapatkan dua puluh ribu dianggap berkecukupan, padahal ia harus menafkahi istri dan anak-anaknya?
Sedangkan disana, ada mereka yang berpenghasilan dua Juta perhari bahkan lebih tapi tetap saja hidup serba kekurangan.
Inilah istimewanya sifat "Qana'ah" walaupun hasilnya tampak sedikit tapi dia merasa kaya.

Jelas bukan !!?
Berdasarkan barometer di atas, banyaknya harta atau penghasilan bukanlah mutlak seseorang itu disebut kaya dalam Islam.

Dan selain karena keberkahan yang Allah limpahkan dalam harta orang-orang yang nrimo dengan legowo, juga karena ukuran kecukupannya menurut Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya.” (HR. Tirmidzi).

Ya Allah, Berilah kami sifat Qana'ah, menerima dengan Ikhlas apa yang Engkau berikan, Berkahilah rezeki kami. Jangan jadikan banyaknya harta kami membuat kami semakin jauh dari Ibadah dan mendekatkan diri pada-MU.

Kami hamba-Mu yang lemah (dho'if) sadar betul, berapa banyak saudara-saudari
kami Engkau berikan harta, jabatan,pangkat dan karunia lainnya, hanya membuat mereka jauh dan melupakan-MU, melupakan agama-Mu, melupakan sebagai kewajibannya sebagai orang yang dititipkan harta tapi tidak mau membelanjakan hartanya ke Jalan-MU.... Lindungilah kami semua Ya Rabb.. dari Amarah dan Murka-MU... Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar